Jumat, 28 November 2014

Varietas Kelapa Sawit

VARIETAS KELAPA SAWIT

    Kelapa sawit dapat dibedakan berdasarkan varietas-varietasnya baik itu dari segi ketebalan tempurung dan daging buah maupun berdasarkan warna kulit buahnya sendiri. berikut beberapa penjabaran mengenai masing - masing varietas tersebut.

A. Berdasarkan Ketebalan Tempurung Dan Daging Buah
     1. Dura
     Karakteristik dari sawit jenis dura ini adalah tempurungnya yang tebal, bahkan bisa lebih dominan daripada daging buahnya. ketebalan tempurungnya sendiri bisa mencapai 8 mm, sehingga daging buah yang menyelimuti cangkang ini relatif tipis kira - kira 35 - 50 % terhadap buah. sehingga jika buah sawit jenis ini yang di ambil CPO ( Crude Palm Oil )/ minyak kasarnya maka kandungan minyak yang didapat akan rendah. Tetapi kandungan minyak inti atau minyak kernel atau PKO ( Palm Kernel Oil ) jika dibandingkan dengan jenis lain seperti Psifera.

     2. Psifera
       Nah, kalau buah sawit jenis Psifera ini, karakteristiknya bisa disebut sebagai kebalikan dari Dura, karena buah jenis ini tempurungnya sangat tipis, sehingga daging buahnya tebal otomatis lebih tebal dari Dura karena daging buahnya lebih dominan.  Tetapi kandungan minyak inti atau PKO yang dihasilkan sangat rendah. 

    3. Tenera
      Tenera ini merupakan jenis yang dihasilkan dari persilangan antara Dura dengan Psifera. Dimana dura dipakai sebagai pohon induk betina dan Psifera sebagai pohon induk jantan, sehingga bisa dipastikan memiliki karakterisktik yang dimiliki oleh kedua induknya. Jenis ini disebut sebagai jenis yang cocok digunakan untuk industri penghasil CPO atau minyak sawit karena ketebalan daging buahnya bisa mencapai 60 - 80 % tetapi tetap ada tempurungnya, sehingga juga bisa menghasilkan PKO atau minyak inti. Selain itu tandan buah yang dihasilkan juga lebih banyak daripada Dura, walaupun ukuran tandannya relatif lebih kecil dari dura. Oleh karena itu sawit jenis ini paling banyak ditanam di perkebunan.

B. Berdasarkan Warna Kulit Buah
     1. Nigrescens
         Warna buah lembayung atau violet sampai hitam waktu muda dan berubah menjadi kuning atau orange sesudah matang.

     2. Virescens
         Warna buah hijau ketika muda dan berubah menjadi merah kekuningan setelah matang.

     3. Albescens
         Buah keputih - putihan ketika muda dan berubah menjadi kekuning - kuningan sesudah matang.

Kamis, 27 November 2014

MORFOLOGI TANAMAN KELAPA SAWIT

MORFOLOGI TANAMAN KELAPA SAWIT

Morfologi tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua bagian, yakni bagian "Vegetatif" dan bagian "Generatif". Bagian Vegetatif kelapa sawit meliputi : Akar, Batang, dan Daun. Sedangkan bagian Generatif yang notabenenya adalah sebagai alat perkembangbiakkan terdiri dari : Bunga, dan Buah. 
A. Bagian Vegetatif
     1. Akar
       Akar Tanaman kelapa sawit berfungsi untuk menyerap unsur hara dalam tanah dan sebagai organ respirasi tanaman ini sendiri. Selain itu, akar juga berfungsi sebagai penyangga berdirinya tanaman sehingga mampu menyokong tegaknya tanaman pada ketinggian mencapai puluhan meter. Akar tanaman kelapa sawit tidak berbuku, ujungnya runcing, dan berwarna putih atau kekuningan. Tanaman kelapa sawit mempunyai akar serabut yang perakarannya sangat kuat karena tumbuh kebawah dan kesamping sehingga membentuk yang namanya akar primer, sekunder, tersier, dan kuartener.
    Untuk akar primer dapat tumbuh vertikal (radicle) maupun mendatar (adventitious roots) dan berdiameter 6-10 mm. Akar sekunder, yaitu akar yang tumbuh dari akar primer, arah tumbuhnya mendatar maupun ke bawah, berdiameter sekitar 2-4 mm. Sedangkan pada akar tersier adalah akar yang tumbuh pada akar sekunder. Arah tumbuhnya mendatar kesamping dengan panjang sekitar 0.7-1.2 mm. Dan akar kuarterner yaitu akar cabang dari akar tersier berdiameter 0.2-0.8 mm dan panjang sekitar 2 cm. Akar tersier dan kuarterner berada 2-2.5 m dari pangkal atau luar piringan dan berada di dekat permungkaan tanah. 
       Jika aerasi cukup baik, akar tanaman kelapa sawit dapat menembus kedalaman 0 meter di dalam tanah, sedangkan yang tumbuh ke samping dapat mencapai radius 16 meter. keadaan akar tersebut bergantung pada umur tanaman, sistem pemeliharaan, dan aerasi tanah.
     2. Batang
      Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil yang berarti batang pada kelapa sawit tidak memiliki kambium dan umumnya tidak bercabang. Batang berfungsi sebagai penyangga tajuk(daun, bunga, dan buah), menyimpan bahan makanan dan unsur hara, serta sebagai pembuluh yang mengangkut unsur hara dan bahan makanan bagi tanaman. Batang kelapa sawit berbentuk silinder dengan diameter 20-75 cm. 
     Pertambahan tinggi batang terlihat jelas setelah tanaman berumur 4 tahun. tinggi batang bertambah 25-45 cm/tahun. Jika kondisi lingkungan sesuai, maka tinggi batang tanaman bisa mencapai 100 cm/tahun. tinggi maksimum tanaman perkebunan antara 15-18 m, sedangkan yang di alam bisa mencapa tinggi hingga 30 meter. Pertumbuhan batang ini tergantung kepada jenis tanaman, kesuburan tanah, ketersediaan air, dan iklim setempat. Umur ekonomis tanaman sangat dipengaruhi oleh pertambahan tinggi batang/tahun. Semakin rendah pertambahan tinggi batang, maka akan semakin panjang umur ekonomis tanaman kelapa sawit tersebut.
     3. Daun
       Daun kelapa sawit mirip kelapa yaitu membentuk susunan daun majemuk, bersirip genap, dan bertulang sejajar. Daun-daun membentuk satu pelepah yang panjangnya mecapai 9 meter, pelepah ini akan menyangga daun. Jumlah anak daun di setiap pelepah berkisar antara 250-400 helai. Pohon kelapa sawit yang normal biasanya memiliki sekitar 40-50 pelepah daun. Pertumbuhan pelepah daun pada tanaman muda yang berumur 5-6 tahun mencapai 30-40 helai, sedangkan pada tanaman yang lebih tua antara 20-25 helai. Semakin pendek pelepah daun maka semakin banyak populasi kelapa sawit yang dapat ditanam persatuan luas sehingga semakin tinggi produktivitas hasilnya persatuan luas tanaman. 
       Daun merupakan pusat produksi energi dan bahan makanan bagi tanaman, bentuk daun, jumlah daun dan susunannya sangat berpengaruh dalam menangkap sinar matahari. Pada tanah yang subur, daun cepat membuka sehingga makin efektif melakukan fungsinya sebagai tempat berlangsungnya proses fotosintesis dan sebagai alat respirasi. luas permungkaan daun akan berinteraksi dengan tingkat produktifitas tanaman, semakin luas permungkaan atau semakin banyak jumlah daun maka produksi akan meningkat karena proses fotosintesis berjalan dengan baik. Luas daun tanaman kelapa sawit dapat dihitung dengan rumus :
                     A = P x L x k
Keterangan:
A = Luas daun (cm2)
P = Panjang daun (cm)
L = Lebar daun (cm)
k = Konstanta, 
      a. 0,57 ( untuk daun belum membelah pada pre nursery)
      b. 0,51 ( untuk daun yang telah membelah)

B. Bagian Generatif
    1. Bunga
       Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu, artinya bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam satu tanaman dan masing - masing terangkai dalam satu tandan. rangkaian bunga terdiri dari batang poros dan cabang-cabang meruncing yang disebut spikelet. jumlah spikelet dalam rangkaian dapat mencapai 200 buah. batang poros bunga jantan lebih panjang dibandingkan bunga betina, tetapi jumlah spikeletnya hampir sama. Kelapa sawit akan mulai berbunga pada umur sekitar 12-14 bulan. Tanaman kelapa sawit dapat menyerbuk silang ataupun menyerbuk sendiri karena memiliki daun jantan dan betina. biasanya bunga muncul dari ketiak daun, setiap ketiak daun hanya menghasilkan satu tandan/ Infloresen (bunga majemuk). Biasanya beberapa bakal tandan akan gugur pada fase-fase awal perkembangannya sehingga pada individu tanaman terlihat beberapa ketiak daun tidak menghasilkan tandan.
2. Buah
      Buah kelapa sawit terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian luar (epicarpium) disebut kulit luar, lapisan tengah (mesocarpium) atau disebut daging buah yang mengandung minyak kelapa sawit yang disebut Crude Palm Oil (CPO), dan lapisan dalam (endocarpium) disebut inti, mengandung minyak ini yang disebut Palm Kernel Oil (PKO).
       Proses pembentukan buah sejak pada saat penyerbukan sampai buah matang kurang lebih 6 bulan. dalam 1 tandan terdapat lebih dari 2000 buah. Pada umumnya tanaman kelapa sawit yang tumbuh baik dan subur dapat menghasilkan buah serta siap dipanen pertama pada umur sekitar 3,5 tahun jika dihitung mulai dari penanaman biji kecambah di pembibitan. Namun jika dihitung mulai penanaman di lapangan maka tanaman berbuah dan siap panen pada umur 2,5 tahun.

Kamis, 09 Oktober 2014

SEJARAH KELAPA SAWIT

SEJARAH KELAPA SAWIT
     Kelapa Sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar sebagai biodiesel pengganti bahan bakar fosil. Pohon kelapa sawit terdiri dari dua spesies yang digunakan untuk pertanian komersil yang akan menghasilkan minyak kelapa sawit. Pertama yaitu spesies "Elaeis Guineensis JACQ" yang berasal dari Afrika Barat diataranya Angola dan Gambia. Kedua adalah spesies "Elaeis Oleifera" yang berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Bangsa Portugis sudah lama mengenal minyak sawit yang dapat digunakan sebagai kebutuhan sehari-hari, dan kemudian diperkenalkan pada dunia barat pada tahun 1466.
      Kelapa sawit termasuk tumbuhan pohon, tingginya mencapai 24 meter. Bunga dan buahnya berupa tandan, serta bercabang banyak. Buahnya kecil-kecil dan apabila masak berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat dan mengandung minyak, tetapi tidak hanya dagingnya saja yang mengandung minyak, tetapi inti yang berada di dalam kernelnya juga menghasilkan minyak, yakni minyak inti.
Berikut Taksonomi kelapa sawit :
A. Untuk Elaeis Guineensis
     Kingdom : Tumbuhan
     Divisi      : Tracheophyta
     Subdivisi : Pteropsida
     Kelas       : Angiospermae
     Subkelas  : Monocotyledoneae
     Ordo        : Spadiciflorae (Arecales)
     Famili      : Palmae (Arecaceae)
     Subamilia: Cocoideae
     Jenis        : Elaeis
     Spesies    : E. Guineensis
B. Untuk Elaeis Oleifera
     Kingdom : Tumbuhan
     Divisi      : Tracheophyta
     Subdivisi : Pteropsida
     Kelas       : Angiospermae
     Subkelas  : Monocotyledoneae
     Ordo        : Spadiciflorae (Arecales)
     Famili      : Palmae (Arecaceae)
     Subamilia: Cocoideae
     Jenis        : Elaeis
     Spesies    : E. Oleifera

SEJARAH KELAPA SAWIT DI INDONESIA

        Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah Belanda pada tahun 1848, saat itu ada empat batang bibit kelapa sawit yang dibawa dari Mamitius dan Amsterdam lalu ditanam di Kebun Raya Bogor. Pada tahun 1911 kelapa sawit mulai di usahakan dan di budidayakan secara komersial. Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrient Hallet (orang Belgia). Budidaya yang dilakukan diikuti oleh K. Schadt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. luas areal perkebunan mencapai 5.123 Ha.
         Pada tahun 1919 mengekspor minyak sawit sebesar 576 ton dan pada tahun 1923 mengekspor minyak inti sawit sebesar 850 ton. Pada masa pendudukan Belanda, perkebunan kelapa sawit maju pesat sampai bisa menggeser dominasi ekspor negara Afrika waktu itu. Memasuki masa pendudukan Jepang, perkembangan kelapa sawit mengalami kemunduran dimana lahan perkebunan mengalami penyusutan sebesar 16 % dari total luas lahan yang ada sehingga produksi minyak sawitpun di Indonesia hanya mencapai 56.000 ton pada tahun 1948-1949, pada hal pada tahun 1940 Indonesia mengekspor 250.000 ton minyak sawit.
         Pada tahun 1957, setelah Belanda dan Jepang meninggalkan Indonesia, pemerintah mengambil alih perkebunan (dengan alasan politik dan keamanan) untuk mengamankan jalannya produksi, pemerintah juga membentuk BUML atau buruh militer yang merupakan kerja sama antara buruh perkebunan dan militer. Perubahan manajemen dalam perkebunan dan kondisi sosial politik serta keamanan dalam negeri yang tidak kondusif, menyebabkan produksi kelapa sawit menurun dan posisi Indonesia sebagai pemasok minyak sawit dunia terbesar tergeser oleh Malaysia.
     Pada masa pemerintahan Orde Baru, pembangunan perkebunan diarahkan dalam rangka menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan sektor penghasil devisa negara. Pemerintah terus mendorong pembukaan lahan baru untuk perkebunan. Sampai pada tahun 1980, luas lahan mencapai 294,560 Ha dengan produksi CPO (crude Palm Oil) sebesar 721.172 ton. Sejak itu lahan perkebunan kalapa sawit Indonesia berkembang pesat terutama perkebunan rakyat. Hal ini didukung oleh kebijakan pemerintah yang melaksanakan program Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan (PIR-BUN).